Saturday 28 April 2018

Penyebab Keringnya Sungai Eufrat




Mengeringnya sungai Eufrat adalah suatu tanda kiamat yang dikabarkan oleh Nabi Muhammad Shalallahu'alaihi wasallam. Sebuah tanda nyata yang semakin hari semakin terbukti kebenarannya.  Rasulullah Shalallahu'alaihi wasallam bersabda, 

"Hari Kiamat tak akan terjadi sebelum Sungai Eufrat mengering dan menyingkapkan ‘gunung emas’ yang mendorong manusia berperang. 99 dari 100 orang akan tewas (dalam pertempuran), dan setiap dari mereka berkata, ‘Mungkin aku satu-satunya yang akan tetap hidup’." (HR Bukhari)

Baca Juga :


Dalam riwayat lainnya, Rasulullah bersabda, "Sudah dekat suatu masa di mana Sungai Eufrat akan menjadi surut airnya, lalu tertampak perbendaharaan daripada emas, maka barang siapa yang hadir di situ janganlah ia mengambil sesuatu pun daripada harta itu." (HR Bukhari Muslim)

Imam Bukhari juga meriwayatkan hadis lainnya, Rasulullah SAW bersabda, "Segera Sungai Eufrat akan memperlihatkan kekayaan (gunung) emas. Maka, siapa pun yang berada pada waktu itu tidak akan dapat mengambil apa pun darinya." 

Imam Abu Dawud juga meriwayatkan hadis yang sama. Dalam hadis itu, Rasulullah pernah bersabda bahwa sungai yang mengalir di tiga negara besar, Turki, Suriah, dan Irak itu pada saatnya nanti akan menyingkapkan harta karun yang besar berupa gunung emas. Selain itu, dalam kitab Al-Burhan fi `Alamat al-Mahdi Akhir az-Zaman diungkapkan bahwa keringnya Sungai Eufrat merupakan saat datangnya al-Mahdi sebagai akhir zaman.




Penyebab Mengeringnya Sungai Eufrat

1, Kontroversi Pembangunan Waduk Raksasa Di Turki Yang Memotong Aliran Sungai Eufrat

Sekitar 90% dari sumber air tahunan Sungai Eufrat berasal dari negara Turki, sedangkan sisanya berasal dari Suriah serta terdapat juga di Irak. Secara umum, debit sungai bervariasi dari tahun ke tahun dan juga dipengaruhi musim. Contohnya, debit tahunan di perbatasan antara Turki dengan Suriah berkisar dari 15.3 km3 (3.7 cu mi) tahun 1961 hingga 42.7 km3 (10.2 cu mi) tahun 1963.  Pada pertengahan Januari 1990, ketika fase pertama pembangunan bendungan selesai, Turki menahan seluruh aliran Sungai Eufrat selama sebulan untuk memulai pengisian waduk. Turki telah mengumumkannya kepada Suriah dan Irak pada bulan November 1989 mengenai pengisian waduk selama sebulan dengan menjelaskan hal-hal teknis serta memaparkan rincian program untuk mengganti aliran yang hilang. Suriah dan Irak dengan tegas tidak menyetujui hal ini. Saat itu, Bendungan Atatürk telah memotong aliran dari Sungai Eufrat pada sekitar sepertiganya.Suriah dan Irak mengaku mengalami kekurangan air yang ekstrem akibat pengembangan Proyek GAP. Kedua negara menuduh bahwa Turki dengan sengaja menahan suplai air untuk negara-negara tetangganya tersebut, mengubah air menjadi senjata. [De Châtel, Francesca (2003-01-14). "Turkish Water Project: Curse or Blessing?". IslamOnline.net.  

Berbagai polemik soal ketersediaan air dari sungai tersebut selalu mencuat di antara tiga negara yang dilaluinya. Pembangunan DAM selalu menjadi permasalahan bagi negara-negara tersebut. Pembuatan DAM di Turki berpengaruh pada debet air yang mengalir di Suriah.Surat Kabar The New York Times telah menerbitkan sebuah laporan pada hari Selasa (12/2/15) tentang penelitian yang dilakukan oleh NASA dan Universitas California. Kedua lembaga ini telah meneliti sistem sungai di Timur Tengah. “Para ilmuwan menemukan selama tujuh tahun terakhir sejak tahun 2003, debit air sepanjang sungai Tigris dan Eufrat dari mulai Turki, Suriah, Irak dan Iran, telah kehilangan sebanyak 144 juta kilometer kubik, artinya sungai ini semakin mengering,” ujar Irvine dari NASA dan Univeritas California, dalam siaran pers bersama Para peneliti mengatakan sekitar 60 persen dari kerugian air ini adalah akibat “pompa air yang terus menghisap air tanah.” Jay Famiglietti, peneliti utama studi dan ahli hidrologi dan Profesor Irvine Universitas California, mengatakan bahwa tingkat penurunan intensif terjadi setelah kekeringan pada tahun 2007. “Tingkat pengurangan ini semakin mencolok setelah bencana kekeringan tahun 2007. Sementara itu, permintaan air tawar terus meningkat, dan Negara-Negara di sepanjang aliran sungai Tigris dan Eufrat tidak mengkoordinasikan pengelolaan air dengan baik, dan berlainan dengan hukum internasional tentang air. Berbagai polemik soal ketersediaan air dari sungai tersebut selalu mencuat di antara tiga negara yang dilaluinya. Pembangunan waduk selalu menjadi permasalahan bagi negara-negara tersebut. Pembuatan waduk di Turki berpengaruh pada debet air yang mengalir di Suriah.Sekarang negeri yang dilalui sungai eufrat yaitu Suriah dan Irak telah dilanda perang yang di ikuti oleh banyak negara. Banyak orang mulai khawatir, bahwa ramalan Nabi Muhammad SAW pada akhirnya akan menjadi kenyataan. 

Ramalan itu telah disebutkan dalam hadis di atas, yakni Sungai Eufrat menjadi kering dan terjadi peperangan setelahnya. Kekhawatiran ini tampak dari banyaknya laman-laman yang mengungkap tanda-tanda akhir jaman terkait dengan keringnya sungai yang berakhir di Teluk Persia itu. Kenyataan ini merujuk ke penghentian aliran sungai eufrat. memang di tahun 1975 pembangunan waduk Turki benar-benar memotong dan menghentikan aliran sungai tersebut. pembangunan  waduk Raksasa setinggi kurang lebih 210 meter itu juga menjadikan daerah sekitar Sungai Eufrat menjadi subur dan makmur yang senilai dengan emas. Daerah sekitarnya pun menempuh ekonomi baru dan pengangguran berkurang. Namun, disisi lain dari kejadian di atas adalah saat satelit mendeteksi adanya timbunan emas di dasar Sungai Eufrat, yang timbunan tersebut dapat dilihat jika aliran sungai tersebut ditahan. Hal ini semakin menunjukkan bahwa kejadian yang di sabdakan Rasulullah merupakan hal yang benar-benar terjadi. Yang Mendorong Manusia Berperang Ungkapan dari Hadits Rasulullah merujuk dari peperangan yang banyak jiwa melayang, para pemilik tanah didaerah itu menderita kerugian besar karena kekacauan yang berlangsung didalam jangka waktu Teror yang panjang disana dan banyak orang kehilangan jiwanya. Pendeknya, pernyataan hadits Nabi tersebut terjadi satu persatu dan dialami.


2. Misteri Gunung Emas

Gunung emas yang dikabarkan oleh Nabi Shalallahu'alaihi wasallam apakah maknanya memang sebuah gunung emas atau hanya sebuah kiasan. Kiasan dari sesuatu yang sangat bernilai dengan jumlah yang luar biasa besar.Apakah yang dimaksud adalah 'Emas Hitam' sebuah bahasa kiasan dari hasil bumi (Batu Bara, Minyak Bumi mentah, Gas alam, bijih besi, timah , aspal dan hasil hasil bumi yang lain yang sangat berharga). Timbul pertanyaan lagi apakah perang di Suriah dan Irak ada hubungannya dengan perebutan 'gunung emas' yang telah tersingkap/terdeteksi oleh satelit ketika sungai eufrat di keringkan Turki saat pembangunan Waduk raksasa di Turki Dalam Hadist Rosulullah sholallohu alaihi wasallam bersabda :

“Hari Kiamat tak akan terjadi sebelum Sungai Eufrat mengering dan menyingkapkan Gunung Emas. Yang mendorong manusia berperang, 99 dari 100 orang yang berperang akan tewas , dan salah satu diantara mereka berkata Mungkin aku satu-satunya yang akan tetap hidup .”

Ubay bin Ka’ab: “Hampir tiba masanya, sungai Euphrat surut menyingkapkan 'gunung emas'. Jika orang-orang mendengar hal itu, mereka berjalan ke sana. Maka orang-orang yang ada di sana mengatakan, “Jika kita membiarkan orang-orang mengambilinya, mereka pasti akan mengambil seluruhnya,” Beliau bersabda, “Maka, mereka bertempur di atasnya, sehingga setiap 100 terbunuh 99 .” [HR. Muslim]. 

Dalam riwayat lainnya, Rasulullah bersabda, "Sudah dekat suatu masa di mana Sungai Eufrat akan menjadi surut airnya, lalu tertampak perbendaharaan daripada emas, maka barang siapa yang hadir di situ janganlah ia mengambil sesuatu pun daripada harta itu." (HR Bukhari Muslim)

Perang di Suriah dipelopori oleh AS-NATO dan koalisinya ingin menguasai Suriah diduga karena ingin mengeruk sumber hasil tambang negeri Suriah yang sangat melimpah. 





3. Perang Rebutan MIGAS (Minyak dan Gas) D Suriah

Lupakan kalau perang sipil di Suriah semata-mata sebagai perang untuk menggulingkan rejim Presiden Assad dan bagian dari revolusi Arab Spring yang dimulai di Tunisia. Anda salah jika mengira perang ini melulu dikarenakan persaingan sektarian, khususnya antara Sunni dan Shiah. Perang ini ternyata dipicu oleh faktor ekonomi, lebih tepatnya adalah karena migas. Misteri siapa yang mensponsori perang ini semakin terkuak ketika Presiden Rusia, Vladimir Putin, mengungkap asal negara donatur-donatur ISIS dan para pemberontak Suriah lainnya dalam pertemuan G-20 yang lalu (16/11/15). Beberapa bulan lalu Wikileaks juga telah membocorkan data intelijen bahwasanya Arab Saudi, Turki dan Qatar telah bermain mata dalam merancang pemberontakan di Suriah sejak tahun 2012. Sama halnya seperti revolusi Arab Spring lainnya, para pemberontak telah disponsori oleh kekuatan-kekuatan luar yang berkepentingan dalam menjatuhkan rejim yang sedang berkuasa.Apa yang menjadi kepentingan Arab Saudi, Turki dan Qatar tentu tidak lain adalah migas (Minyak dan Gas). 

Untuk menjadi pemasok migas utama ke Eropa, mereka sudah sepakat untuk membuat jalur pipa migas yang akan melintasi wilayah negeri Suriah. Rencana ini juga sudah disetujui oleh Amerika Serikat. Sayangnya, rencana ini tidak mudah untuk direalisasi karena pemerintah Suriah di bawah Presiden Assad ternyata diam-diam telah menyetujui untuk membangun jaringan pipa migas dari Iran ke Suriah pada bulan Juli 2011. Oleh sebab itu, bersama Amerika Serikat yang merupakan sponsor utama Arab Spring, ketiga negara ini diam-diam ikut menyalurkan bantuan untuk kelompok-kelompok pemberontak di Suriah, dengan harapan jatuhnya pemerintahan Assad akan memuluskan rencana pipa migas mereka.Tetapi kondisi Suriah berbeda dengan Libya atau Mesir karena Suriah telah lama menjadi negara sekutu Iran dan Rusia. Iran yang merasa terganggu dengan modus Arab Spring ala Amerika ini juga turut berpartisipasi dengan memberikan bantuan kepada pemerintah Suriah. Sementara Rusia juga mempunyai kepentingan untuk mempertahankan hegemoninya di Timur Tengah. Terlebih lagi rencana jalur pipa migas Qatar-Turki bakalan menjadi ancaman serius bagi bisnis migas Rusia ke Eropa. Namun demikian Rusia tidak gegabah buru-buru masuk ke dalam konflik ini mengingat mereka waktu itu masih disibukkan dengan urusan Ukraina. Nah, ketika urusan Ukraina ini mulai bisa diatasi, Rusia perlahan tapi pasti mulai menancapkan kukunya ke negeri Suriah. Dengan dalih untuk menghancurkan ISIS, Rusia memasuki arena pertempuran ini dengan tujuan sebenarnya adalah untuk melanggengkan hegemoninya bersama dengan pemerintahan Assad. 

Masalahnya disini adalah beda kepentingan antara Rusia dan negara-negara Barat (plus Arab Saudi, Turki dan Qatar). Yang hendak dihancurkan Rusia bukan saja ISIS tetapi semua pemberontak yang mencoba menggulingkan Assad. Dengan membuka tabir siapa yang menjadi sponsor ISIS, Putin juga telah mempermalukan banyak pihak karena diam-diam menjadi penadah minyak yang dijual ISIS untuk membiayai peperangan mereka. Tentu ini membuat gelisah semua yang bermain di Suriah. Penembakan pesawat Su-24 Rusia oleh Turki (24/11/15) masih diwarnai teka-teki motif Turki melakukannya. Tetapi para analis mulai menghubungkannya dengan keterangan yang dituturkan oleh Menteri Informasi Suriah, Omran al-Zoubi, bahwa ISIS telah menjual minyak dalam skala komersial kepada satu perusahaan Turki, yang tidak lain dimiliki oleh putra Presiden Turki Recep Erdogan. Pengeboman kilang-kilang minyak dan ratusan truk tangki milik ISIS oleh Rusia rupanya menyebabkan kemarahan luar biasa bagi keluarga Erdogan. Perang Suriah telah menelan banyak korban jiwa. Korban dari sebuah perang yang penuh dengan kepentingan. Kepentingan dari pihak Barat ( NATO ) dan koalisi koalisinya. Perang demi minyak dan hasil hasil bumi yang melimpah bagai 'Gunung Emas'. Semoga umat muslim disana dan dimanapun juga diberi keselamatan dan dilindungi dari fitnah akhir jaman.



No comments:

Post a Comment

Silahkan memberikan komentar kritik dan saran. Semua pesan masuk akn ditinjau terlebih dahulu. Maaf jangan spam ya sob...
thanks